Syech dan Bantal Bulu Angsa : Cerita hikmah tentang fitnah

Kisah bantal bulu angsa dan kyai

Kisah bantal bulu angsa dan kyai

Dahulu kala, ada seorang syech (selanjutnya saya sebut kyai saja biar enak) dari bagdad yang masyhur.  Terkenal, banyak jamaahnya,  mulia  akhlaknya, diundang ceramah dimana-mana. Maka, suatu ketika ada seseorang yang iri dengan pencapaian dan kemashuran kyai tersebut. Dan dibuatlah sebuah rekayasa fitnah.

Dia bekerja sama dengan seorang perempuan yang cantik, yang nantinya perempuan tersebut harus mengaku bahwa dia pernah digauli oleh kyai tersebut ketika mendatangi pesantren kyai tersebut. Lalu, disebarlah fitnah, bahwa dibalik kebaikan, jubah besar, dan kemasyhuran nama baik kyai tersebut, diam-diam dia telah berzina dengan seorang gadis. Dan gadis yg disebutkan juga bersaksi sendiri..  Maka, tak bisalah lagi kyai tersebut mengelak. Wong gadisnya sendiri bersaksi.

Gemparlah seisi jagad raya saat itu. Jamaahnya satu per satu lepas, tak mau lagi mengikuti pengajian kyai tersebut. Masyarakat akhirnya juga memandang sinis terhadap kyai tersebut , kecewa setelah menerima berita tersebut.  Fitnah dan akibat yang terjadi sungguh menyakitkan kyai tersebut. Tapi beliau tidak marah-marah kepada penyebar fitnah. Dia hanya berpasrah diri kepada Allah. Dia luapkan kesedihannya dengan hanya menangis di depan Allah. Dosa apa yang diperbuatnya sehingga pemuda tersebut tega menyebar fitnah yang begitu keji kepadanya.  Sebagai manusia, dia juga sangat terluka, dan selalu berharap Allah menunjukkan kebenaran kepada masyarakat, agar fitnah tidak terus-terusan menimpa dirinya.

Akhirnya, kesabaran dan seiring waktu yang berjalan membuat sang pemuda tersebut gelisah, kepikiran setiap hari. Kok teganya membuat orang lain menderita, manyakiti seseorang, sementara dia tidak membalas menyakiti dirinya. Akhirnya, dia beranikan diri datang kepada kyai tersebut dan meminta maaf telah berbuat berlebihan kepada kyai tersebut. Lalu, pemuda tersebut minta tebusan, apa yang harus diperbuatnya agar kyai tersebut mau memaafkan dirinya.

Kyai tersebut cuman minta 3 hal. Bukan permintaan maaf di media massa atau masuk ke meja hijau. Yang pertama, dia hanya minta dicarikan bantal dari bulu angsa.  Permintaan kedua hanya dikatakan setelah permintaan pertama selesai, dan permintaan ketiga dikatakan setelah permintaan kedua selesai dilaksanakan. Begitu aturannya.  Bantal dari bulu angsa? Ah, mudah saja pikir pemuda tersebut.

Akhirnya, permintaan pertama berhasil ditemukan pemuda tersebut dengan mudah. Dan diserahkannya kepada kyai tersebut.

Kemudian kyai tersebut menyampaikan permintaan kedua yaitu pemuda tersebut disuruh ke lapangan yang luas, dan menyebar bulu angsa dalam bantal tersebut di lapangan. Kok aneh, pikir pemuda itu. Masak baru dicarikan bantal suruh merusaknya.. Tapi tanpa bertanya lebih lanjut, sesuai aturannya, pemuda tersebut menguraikan bula angsa dalam bantal tersebut dan akhirnya bulu-bulu tersebut berterbangan ke angkasa diterpa angin kesana-kemari ..

Pemuda itupun kembali kepada kyai, dan menyampaikan bahwa tugas keduanya telah diselesaikan dengan baik. Lalu, dia minta disampaikan tugas yang ketiga. Dan, terperanjatlah pemuda tersebut, karena permintaan ketiga dari kyai tersebut adalah mengumpulkan bulu-bulu yang sudah berterbangan tadi menjadi kembali seperti semula.

Pemuda tersebut tentu saja keberatan dengan tugas tersebut. Karena bagaimanapun bulu-bulu tersebut telah berterbangan kesana-kemari dan tidak diketahui secara pasti posisinya sekarang.

Begitulah fitnah kalau sudah menyebar, membuatnya menjadi baik kembali bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada luka-luka menganga yang sulit untuk disembuhkan.

—————

Jangan suka menebar fitnah, tapi jika difitnah, bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Innallooha ma’a shobiriin.

  1. #1 by dewi Kartika sari on 08/12/2016 - 6:55 PM

    Izin share

    Suka

Tinggalkan komentar