Archive for category Sosial Politik

Proposal Implementasi Web Desa

dana-desa

Visi

  1. Terciptanya kondisi arus dana masuk ke wilayah desa sebanyak-banyaknya. Dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya desa, baik manusia, alam, dan produknya
  2. Terciptanya pemuda desa berkwalitas yang paham digital, dan tersalurkannya untuk membuat content positif di dunia maya (website desa)
  3. Tersampaikannya informasi-informasi desa dengan baik sehingga memudahkan pihak luar memberikan dukungan program-program pembangunan di wilayah desa tersebut

Misi & Tujuan

  1. Menjadi media penyaluran bakat penulisan dan jurnalistik pemuda desa
  2. Mengenalkan potensi dan info perkembangan desa, agar mendatangkan arus dana masuk dari luar dengan kunjungan wisata, pembelian produk online, maupun investasi atau kerjasama dengan pengusaha atau para tokoh desa. Termasuk juga berupa donasi-donasi untuk program-progam sosial yang ada di desa

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Catatan Partai

Gagasan Partai

  1. Partai Platform/Partai Otonom. Jika selama ini partai dikendalikan dari pusat, maka dengan metode platform, maka akan tercipta aspirasi dari bawah, tidak lagi top down. Kader tidak dikendalikan pimpinan partai, tapi oleh masyarakat langsung. Maka dari itu partai tidak perlu kebijakan pusat yang mengontrol seluruh bawahan, sehingga partai dan kader adalah seolah-olah milik pimpinan, bukan milik rakyat.Setiap anggota bebas menentukan sikap atau pendirianya sendiri. Jadi tidak ada pandangan atau kebijakan partai pusat terhadap sebuah kasus atau isu publik. Anggota bebas berekspresi, berpendapat, dan bersikap terhadap sebuah kasus politik. Sedemikian juga, partai tidak bertanggung jawab terhadap sikap anggota. Akan tetapi, jika melanggar atau menyimpang dari prinsip-prinsip dasar partai atau keanggotaan, maka pengurus berhak memperingatkan atau memecatnya.
  2. Politik Simple & Murah. Berpolitik sebenarnya bisa murah, asalkan jangan memaksakan diri. Cukup jual program, perkenalkan, seadanya, biar rakyat yang memilih, tak perlu dipaksakan kalau belum nyampek waktunya. Di dalamnya mencakup :
    1. Jam kerja dewan partime saja, gaji separo dari sekarang. Jadi yang masuk adalah para tokoh masyarakat yang berkecukupan, dan tidak mengejar gaji.
    2. Tidak boleh menyuap ke atas dan ke bawah. Dalam pertemuan, maksimal kasih makan atau minum. Tidak boleh seperti : uang saku/transport, kaos, sembako, apalagi materi yang harganya mahal.
    3. Cukup Satu Periode. Menjadi anggota dewan cukup satu periode, periode berikutnya ganti orang lain, biar tidak terjadi ketergantungan.
  3. Keterbukaan dana partai.  Termasuk dana pribadi yang terpakai.
  4. Sederhana dan Santun. Target dan bicara seperlunya, tak perlu muluk-muluk. Sekeras-kerasnya bicara atau debat, jangan menyerang pribadi, jangan merendahkan orang, dll. Cinta sesama kader, tidak ada persaingan jabatan.
  5. Berbuat & Berkorban. Berlomba dalam khidmah dan pengorbanan untuk ummat, rakyat.
  6. Rumah Kaca. Ruang DPR/D harus menjadi rumah kaca, tiap hari harus bisa dilihat rakyat. Zaman sekarang sudah ada CCTV yang online kapan pun.

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Partai Aspirasi Semesta : Sebuah Gagasan

Capaian tidak akan ada tanpa Perubahan.
Perubahan tidak akan ada tanpa Tindakan.
Tindakan tidak akan ada tanpa Gagasan.

Capaian : bangsa yg terhormat, adil dan makmur

Pendahuluan dan Latar Belakang

Kita tahu saat ini – kecuali PKS – beberapa partai umumnya sangat tergantung oleh patron figur pemimpinnya. Kalau pemimpinnya pas baik, arah partai juga baik, kalau dapat pemimpin buruk, kinerjanya ikut buruk. Pemimpin partai menjadi sangat sentral mengendalikan arah partai. Mungkin kalau figurnya hilang, menghilang pula partainya.

Masalah kedua, selain faktor figur, banyak partai juga kehilangan ruh idealisme. Beberapa partai berbasis Islam juga mengalami bencana ini. Partai-partai yang awalnya idealis membawa kepentingan ummat, kepentingan Islam, seiring waktu berjalan toh pindah juga ke tangan para oportunis pragmatis. Akhirnya partai-partai ini praktis tidak punya wibawa, tidak ada ruh Islam atau ruh ummat didalamnya, dan hanya membawa kepentingan sempit para pengurusnya.

Suara lapisan bawah, yang kadang menaruh harapan banyak ke partai Islam, tidak tersalurkan aspirasinya, malah hanya jadi alat mendulang suara. Miris sekali.

Mudahnya kepemimpinan partai Islam berpindah tangan ini sebenarnya masalah klasik. Dimana kita tahu karakter rata-rata orang muslim, orang melayu, jawa khususnya, memang dikenal lebih memilih mengindari berkonflik sama orang, apalagi urusan rebutan kursi. Sesuai kaidah : “untuk apa kekuasaan diperebutkan”, yang pada akhirnya malah jadi bumerang partai itu sendiri.

Jadi itulah mengapa saat ada yang berebut kursi jabatan (secara kotor), yang baik-baik memilih menghindar. Dan tidak sedikit yg pakai pakai jalan suap. Akhirnya stuktural partai diisi oleh orang-orang yang tidak memiliki idealisme, mudah terbeli dan membeli kepentingan sempit. Naudzubillah min dzalik.

Berangkat dari fenomena inilah, disini, kami memiliki gagasan untuk merancang sebuah organisasi partai, dimana keterwakilan ummat bisa betul-betul dijaga,, sehingga akan susah diisi oleh pihak-pihak yang pragmatis oportunis.

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Cyber War

Cyber War sebenarnya ada beberapa jenis. Jenis peperangan fisik (gangguan pada hardware atau software), atau peperangan pemikiran. Tentu, sebagai kalangan aktivis dakwah, kita fokus pada perang pemikiran.

Area cyber war, dalam dunia maya terbagi menjadi beberapa bagian :

(1) Media online atau Blog.


Media online, baik resmi maupun tak resmi, sangat berpengaruh pada penyebaran opini atau berita. Disini ada dua faktor sebuah berita bisa menjadi medan perebutan opini yaitu perang share, dan perang komentar.

Untuk membuat sebuah media online sebenarnya tidak susah, seperti bikin portalpiyungan, postmetro, seword, dll – yang dituduh media hoax karena tidak resmi -. Cukup copas dari media resmi atau medsos lalu dikasih judul agak provokatif. Bahkan bisa saja komentar dari salah seorang tokoh yang kurang terkenal, lalu dijadikan berita.

Kemudian, akan dishare2 oleh akun2 di medsos untuk menjadi topik obrolan atau diskusi.

Dari sisi biaya bisa dari pendapatan adsense ataupun dana pribadi.

(2) Facebook.

Dengan beragamnya pertemanan di facebook, juga group-group umum yang didasarkan bukan pada kelompok ideologi, disinilah lahan cyber war. Dalam kerumunan facebook, ada beberapa tipe manusia. Ada yang menjadi trend setter, debater, dan ada yang menjadi follower. Tentu, dalam strata sosial, tokoh trendsetter menjadi tokohnya, dan follower semacam menjadi ummatnya atau buzzernya. Sedangkan debater adalah di tengah-tengah, mereka sering berdebat walaupun tidak sering membuat inisiatif status atau sekedar share pendapat dari tokoh lain atau dari media online.

 

dan (3) Twitter.

Tips Berdebat dalam Media Sosial 

Dalam Surat Al-Maidah 54, salah satu mukmin unggulan yang dibanggakan Allah SWT adalah tidak takut terhadap cacian (bulliying) orang yang mencaci (pembully). Inilah salah satu ciri pejuang dakwah media sosial.

Tapi, seringkali memang berdebat di media sosial menguras fikiran – akhirnya tenaga juga. Apalagi jika tidak memiliki pertahanan yang kuat dalam berdebat, tapi inginnya bisa menang. Akhirnya sering kali salah kaprah dengan caci-maki, umpatan atau merendahkan pihak lawan. Tentu ini dilarang dalam agama Islam.

Untuk itu, beberapa tips ini semoga bisa menjadi bekal dalam berdebat.

  1. Luruskan niat.  Seorang muslim harus senantiasa berniat ibadah dalam segala aktivitas. Beropini, berdiskusi, atau narsis di media sosial, adalah untuk silaturahmi, bersosial, bisnis, dan atau dakwah. Khusus dalam berdebat, sedapat mungkin niat kita adalah menjelaskan, menyampaikan, atau kalau berdebat adalah menjawab. Jauhi niat untuk menjatuhkan siapapun juga, khususnya lawan debat kita, sekalipun itu menyakitkan kita. Seperti menterwai pendapat orang, maki-maki, menghina (baik orangnya atau pendapatnya), dan lain-sebagainya. Karena itu hanya akan jadi dosa bagi kita. Orang belum tentu sadar, tapi kita malah mendapatkan kerugian karena dosa.Allah telah membimbing kita dalam Al-Qur’an :

    ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125)

  2. Hindari debat kusir. Jangan terlalu bernafsu mengubah prinsip seseorang.Perdebatan sengit atau debat kusir sering terjadi ketika masing-masing pihak memaksakan pendapatnya harus diterima. Dalam agama Islam debat kusir seperti itu jelas dilarang, walaupun kita boleh yakin pendapat kita benar. Karena didalamnya memang sering setan yang bicara. Anggaplah opininya benar, tapi karena emosi, akhirnya keburukan-keburukan lah – seperti caci-maki dan umpatan – yang membungkus kebenaran tersebut. Itu juga akan menyebabkan pihak lain yang sebenarnya mengakui kebenaran tersebut, jadi anti pati karena sudah emosi. Itulah hikmahnya kita harus menghindari perdebatan kusir.Contoh : dasar anjing lu, agama saja Islam tapi mbelain kafir.

    Sesuai firman Allah dalam surat An-Nahl 125, hanya Allah yang mengetahui seseorang itu tersesat atau mendapatkan petunjuk. Tugas kita sekedar menyampaikan bkn memaksa seseorang berubah pikiran.

  3. Kuasai ilmu agama dengan tepatAqidah dan pemahaman agama yang benar sangat penting dalam modal bersosial, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dengang pemahaman aqidah Islam yang benar, akan membentuk pola pikir yang terarah. Terhindar dari – seperti – jebakan kesesatan berpikir.Kita tahu banyak sekali ustad-ustad gadungan, tokoh-tokoh atau penulis online yang pintar dalam mengolah kata dan opini. Jika kita tidak memiliki modal dasar aqidah atau ilmu agama Islam yang benar, kita bisa saja mengikuti kata-kata mereka yang seolah-olah benar. Seolah-olah benar, karena kita tidak memiliki bantahan ilmu yang sepadan. Seolah-olah benar, padahal ada yang lebih benar.

    Contoh, ucapan “Saya protes ke FPI, karena itu mengganggu privacy orang lain”. Mengganggu privacy jelas tidak boleh, tapi pesta gay jelas lebih tidak boleh lagi. Jadi, kita harus melihat skala prioritas.

  4. Update selalu informasi yang berkembang
  5. Sabar dan tenang dalam menerima berita  sebelum share
  6. Jangan mudah menyerah

Tinggalkan komentar

DEMOKRASI DAN GERAKAN TAKFIR

Dari tulisan teman di Facebook : Langlang Buana

Bila kita lihat dalam kitab-kitab para ulama, salah satu unsur yang menyebabkan seseorang keluar dari keislaman yang disepakati adalah ” menghalalkan apa yang diharamkan Allah s.w.t, atau sebaliknya mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah s.w.t ” dan ini adalah kaidah. Tetapi tidak disepakati bahwa demokrasi adalah bagian dari nilai yang sesuai dengan kaidah di atas, sesuai pemahaman dan kedalaman orang dalam memahami demokrasi, secara teori dan praktek.

Sayangnya sebagian orang, mengkafirkan begitu banyak kaum muslimin hanya karena mereka terlibat dalam ” sistem demokrasi ” dan mengkafirkan juga orang yang tidak mau mengkafirkan para pelaku demokrasi tersebut. Anda bayangkan, dalam era sekarang yang merupakan age of demokrasi seperti disebut David Held, hampir lebih dari separuh negara di dunia menganut sistem demokrasi dengan beragam variannya, dari demokrasi pancasila sampai demokrasi liberal, berapa ratus juta ummat Islam telah dikafirkan ? dan hanya tersisa mereka yang beriman ? Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

JABATAN : antara kenikmatan dan amanah.

Partai Mendapatkan kursi jabatan/kedudukan, secara manusiawi, sepertinya memang sangat menarik-menggiurkan. Kemana-mana dihormati, dipanggil Bapak/Ibu Yth, dijamu, bahkan bisa juga dipuja-puji dan dielu-elukan. Selain itu, bisa mengendalikan orang-orang di sekitarnya. Berbagai urusan dipermudah, termasuk dalam mengatur pundi-pundi kekayaan dan atau kesenangan. Itulah bentuk harfiah sebuah kekuasaan.

Maka wajarlah, secara manusiawi pula, banyak yang mengejarnya. Bahkan seperti marketing produk pada umumnya, mereka kesana-kemari menawarkan ‘keunggulannya’ agar dipilih untuk dijadikan calon pemimpin atau jabatan tertentu. Kadang dengan segala macam cara yang kurang beretika.

Itu tipe manusia pertama. Memandang kekuasaan dan jabatan sebagai sebuah kenikmatan.

Yang ini, karena memang tidak membutuhkan modal jiwa kepemimpinan atau kemampuan yang kuat, tentu saja yang mayoritas ada di sekitar kita. Mudah, tapi seringnya memang tidak murah, karena seperti dunia dagang, ada penjual ada pembeli. Ada pemberi / penawar jabatan, ada pencari jabatan. Akhirnya terciptalah jual beli jabatan.

Ada juga tipe manusia kedua, dimana memandang jabatan atau kekuasaan sebagai sebuah titipan, amanah, dan tanggung jawab. Dia sama sekali tidak mampu, atau minimal tidak berani melihat sisi kenikmatan dari sebuah jabatan atau kekuasaan. Walaupun dia tahu dan sadar sepenuh-penuhnya, bahwa kenikmatan itu akan ‘menghantuinya’.

Jikalaupun dia manawarkan diri, itu pun dengan segenap tanggung jawab yang siap ditempuh. Bukan membayangkan kenikmatan yang akan didapatkannya, tapi membayangkan beban-beban tanggung jawab yang harus dijalankan, seandainya dia jadi dibebani sebuah jabatan/kedudukan. Seberapa berhasil dia akan bisa mengemban amanah, dan seberapa besar resiko-resiko kegagalannya. Karena kegagalan tersebut akan mengorbankan banyak pihak, terutama rakyat yang dipimpinnya.

Tipe manusia seperti ini, walaupun berani berjanji, dia akan sangat hati-hati mengucapkannya, karena semua harus terjamin pembuktiannya. Dan tentu saja jarang ada. Karena sering tidak muncul di permukaan. Dia sibuk mensukseskan amanah-amanah yang sudah ada, bukan mencari amanah-amanah baru yang belum tentu dia bisa menjalankannya dengan baik.

Maka dari itu, kalau bisa para pemimpin partai jangan sekedar menunggu para caleg yang datang, yang menawar-2kan dirinya. Sekalipun tidak semua jelek, tapi ada baiknya mencari para kader2 yang sibuk bekerja di ranah masing-masing. Yang sibuk dengan tugas-tugasnya, bukan yang sibuk mencari tugas-tugas baru, padahal tugas yang sudah ada bisa jadi tidak berjalan dengan baik (khas manusia tidak amanah).

Atau minimal cari caleg yang dalam tugasnya selama ini tidak ada celah wan prestasi. Jika pengusaha, pengusaha yang jujur, dermawan, peduli ekonomi rakyat, dan berani. Jika pengacara, yang tegas dan peduli sesama. Jika guru/ustadz, cari yang mencintai pendidikan.

Saya malah usul, jangan cari yang mereka khusus memiliki profesi politikus atau ketua-ketua ormas, dan tidak memiliki profesi lain. Karena sebenarnya tidak ada namanya pekerjaan sebagai politikus atau organisasi masyarakat.  Politik atau jabatan ormas adalah jabatan amanah, bukan profesi, tidak ada jaminan penghasilan disana. Lha kalo tidak ada penghasilan, mereka mencari nafkah untuk keluarga dari mana? Masak dari ormas?

Semoga para ketua Partai semakin bisa membuka mata dan telinga.. untuk agar tidak sekedar memilih caleg sembarangan. Apalagi karena ‘setorannya’ .. Amiin.

2 Komentar

Keislaman dan Pancasila yang Tergerus Kapitalisme

http://id.berita.yahoo.com/keislaman-dan-pancasila-tergerus-kapitalisme-165208123.html

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA–Wajah keislaman berikut nilai-nilai ke-Indonesiaan dengan semangat Pancasila, yang sejak lama tumbuh kuat di tanah air, kini mulai tergerus. Tergerus akibat meluasnya praktik kehidupan serba konsumtif yang sekadar mengedepankan kepuasan individu.

Hadirnya fenomena itu jelas mengabaikannya aspek kesadaran sosial dalam mengupayakan kemartabatan hidup masyarakat baik ekonomi maupun politik. Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Indonesia Dalam Cengkeraman Asing

Copast dari : Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto

Bule aja tunduk ke Soekarno

Dulu saya sering heran kalo liat SPBU macem Shell, Petronas dan SPBU asing lainnya yang berjajar di pinggir jalan, mereka berdagang tapi nggak ada yang beli, apa mereka untung? Tapi kenapa mereka membangun gedung yang megah walaupun pelangganya nyaris dikatakan kosong melompong, tak ada mobil yang mau belok ke SPBU asing yang cuman jualan Pertamax. Kini saya baru mengerti ternyata itu diskon atas investasi yang mereka lakukan, lalu bagaimana mereka bisa yakin berbisnis di Indonesia, ternyata mereka memang udah tau arah perkembangan ekonomi politik kita sekarang, regulasi minyak kita mengarah pada Pasar Bebas, Pemerintah lebih suka menjual premium ke pasar spekulasi NYMEX, ketimbang nyalurin ke rakyatnya sendiri. Jadi saya paham bagaimana kemudian 40 perusahaan asing memegang beslit lisensi 20.000 hak pembangunan SPBU, ini artinya nanti bakal ada 800.000 SPBU asing bermain di pasaran distribusi ritel.

Rupanya kita harus belajar ‘Ilmu Sinyalemen, Ilmu Pertanda’. Adanya SPBU asing, regulasi yang dipermainkan dan trik-trik politik dagang yang dikenalkan ke ruang publik adalah bagian besar penggiringan ekonomi Indonesia ke dalam pasar bebas yang mendikte ruang ekonomi rakyat. Untuk memahami ini dan memeriksa kenapa bangsa kita jadi budak asing dan bego begini tak mengerti bagaimana membangun pasar sendiri, kita juga harus mengerti sejarah, dulu di tahun 1960 Bung Karno mengundang Chaerul Saleh, Achmadi, Djuanda Kartawidjaja, Ibnu Soetowo dan Jenderal Nasution ke Istana Negara pada suatu pagi, mereka ngobrol tentang politik minyak bumi nasional. “Aku ingin Permina menjadi Perusahaan minyak raksasa, perusahaan yang mampu berdikari, mampu menopang perekonomian Indonesia, Permina bisa digunakan sebagai alat pertama dalam membangun ekonomie Indonesia, seluruh perusahaan minyak asing yang ada di Indonesia ini saya tekan harus bantu Permina, selain bisa ngebor minyak sendiri, membangun rafinerij-nya (rafinerij =kilang, bahasa Belanda), juga mampu membangun jaringan distribusinya, dari situ kemudian terbentuk Pasar bangsa sendiri”. Bung Karno adalah Presiden RI yang terobsesi membangun perekonomian Indonesia yang kuat, Indonesia mampu membangun pasar-pasarnya sendiri, perekonomiannya harus dipegang “Orang Indonesia sebagai Panglima” seperti yang ia bilang pada Dasa’at ketika ia didatangi Dasa’at yang baru saja pulang dari kunjungan bisnis di Amerika Serikat dan membawakan dasi serta parfum Shalimar, parfum kesukaan Bung Karno : “Heh, Dasa’at aku ini bermimpi membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bisa membangun seluruh jaringan pasar-pasarnya sendiri di semua kota, seluruh perdagangan dipegang orang Indonesia, pendek kata “Orang Indonesia harus jadi Panglima atas ekonomie Indonesia”. Itulah mimpi Bung Karno, dan ia bertarung dalam mimpi itu. Ia bikin Revolusi, ia jungkir balikken keadaan. Bung Karno bilang “Kebudayaan yang Berkepribadian, akan menyokong kesejahteraan, ia bukan sadja penjumbang peradaban dunia, tapi djuga penjumbang ekonomie bagi bangsanja” Bung Karno berkata itu kemudian benar adanya, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Korea Selatan mampu menjadikan produk budaya mereka sebagai sumber ekonomie besar yang menyumbang kesejahteraan bangsanya.

Tindakan Bung Karno jelas nggak disenengin boss-boss besar perusahaan minyak asing, apalagi Bung Karno berhasil rebut Irian Barat, gertak Imperialis Inggris, bilang ke Malaysia, “Revolusi Indonesia adalah lonceng kematian imperialisme” dalam ancamannya ke Malaysia Bung Karno berpidato yang konteks-nya amat berjangkauan panjang “sebab het wezen atau inti daripada imperialisme adalah, membuat bangsa-bangsa tidak berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip inti imperialisme ialah membuat bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan persenjataan pihak imperialis, memerlukan bantuan pihak imperialis” Disini Bung Karno sudah memperkirakan bahwa pada akhirnya akan ada bentuk NeoImperialisme dalam bentuk Modal yang membuat bangsa-bangsa ‘lemah modal’ bergantung pada bangsa ‘kuat modal’.

Keberanian Bung Karno ini kemudian bikin marah boss-boss minyak asing, apalagi Bung Karno bisa rebut Irian Barat dengan diplomasi gertak tanpa harus menembakkan sebiji rudal-pun. Setelah Irian Barat takluk, Negara barat pun menggunakan taktik intelijen dan kontra intelijen buat ngadepin Bung Karno, akhirnya Bung Karno jatuh beneran di tahun 1967. Dia diinternir, setelah kejatuhan Bung Karno masih ada Ibnu Sutowo yang mati-matian masih pegang amanat Bung Karno bikin Permina besar, semasa awal Orde Baru nama Permina diganti jadi Pertamina, Suharto sendiri belum menemukan orang sehebat Ibnu Sutowo yang bermodalkan hanya tambang minyak tua di Pangkalan Brandan dengan empat meja dan lima kursi serta tiga sepeda bisa membangun kilang minyak terbesar di Asia. Saat itu Ibnu berambisi menjadikan Pertamina sebagai perusahaan minyak raksasa, sebagai pendorong ekonomi nasional, semua lini industri dimasuki Pertamina untuk memancing perekonomian swasta bergerak, mulai dari Real Estate, Pangan sampai pada Rumah Sakit, dibawah jaringan Pertamina. Ibnu juga berani maen spekulasi, ia bangun LNG, gas cair yang ditertawakan pembesar Jepang, tapi Ibnu berhasil dengan spekulasi itu, lalu Ibnu dijebak pada pembatalan pinjaman jangka panjang, Ibnu dituduh korupsi, Pak Harto juga takut bila Ibnu besar maka akan mudah membiayai lawan-lawan politiknya, saat itu rivaal Suharto masih kuat dan awalnya mereka dulu atasan Suharto seperti Nasution, Bung Hatta atau Sri Sultan HB IX, Suharto juga takut dengan anak buahnya yang naik daun macam Jenderal Mitro, Jenderal Jusuf ataupun Jenderal Ali Moertopo, semua adalah ancaman Suharto dalam merebut Istana Merdeka dari tangan Suharto. Mundurnya Ibnu Sutowo, juga berarti hancurnya rencana besar minyak nasional yang berencana bukan saja sebagai Perusahaan Minyak terbesar di Asia, tapi Perusahaan Minyak terbesar di dunia.

Kini saya hanya mengelus dada, melihat SPBU-SPBU asing itu menguasai pinggir-pinggir jalan raya, bahkan untuk menguasai pasar retail saja orang Indonesia tidak bisa menjadi Panglima-nya. Kini orang Indonesia dipaksa beli Pertamax oleh pemerintahan budak asing ini, padahal persediaan Premium masih berlimpah, Pemerintah hanya ingin jual Premium ke pasar spekulasi, banyak orang Indonesia susah karena didikte atas kemauan Pasar Bebas. Benar kata Bung Hatta di masa lampau di tahun 1954 ketika berpidato di depan Pabrik Tekstil milik pengusaha Indonesia yang baru aja diresmikan sendiri oleh Bung Hatta “Apalah arti Kemerdekaan bila orang Indonesia tak punya hak-hak ekonomie-nya?”

Tinggalkan komentar

Berani dan Kuat

Hitam dan putih, kebenaran dan kebathilan akan selalu bertarung sepanjang waktu. Ada kalanya kita menyadarkan, ada kalanya kita harus melawan yang hitam, tapi jangan mudah menghindar, kecuali memang betul-betul kita pasang kuda-kuda, karena mereka akan lebih mudah menang karena jumlah (kwantitas).

Di banyak kelompok masyarakat Indonesia terutama yang bergesekan dengan politik, baik di ormas, forum, birokrasi, atau partai politik kelompok hitam menggunakan segala cara untuk menjatuhkan kelompok putih, itu karena mereka tidak memiliki standar etika dalam bertarung.. Sedangkan kelompok putih tidak bisa menggunakan segala cara, ada etika yang harus dipatuhinya..

Pralambangnya jelas sekali dalam gambar yin-yang ini. Kelompok hitam hanya sedikit punya nilai kebaikan, hanya sedikit titik putih. Sedangkan kelompok putih hanya memiliki sedikit titik hitam, mayoritas sebenarnya putih. Tapi kelompok hitam seringkali mengungkit-ungkit  sedikit  hitam ini sebagai senjata untuk menyerang atau mencoreng nama baik kelompok putih. Bahkan dengan kasar dan kata-kata yang menyakitkan. Tidak saja kelompok mereka yang menyerang, tapi opini masyarakat umum juga diarahkan untuk ikut-ikutan menyerang.

Sedangkan kelompok putih, walaupun tahu begitu banyak noda hitam di kelompok lawan, dia tidak bisa atau tidak tega untuk menyebutkannya sama seperti kelompok hitam kepada kelompok putih. Karena memang itu berlawanan dengan prinsip yang dianutnya, untuk selalu mengingatkan orang dengan niat dan cara yang baik.

Model serang-menyerang ini sering terjadi atau sudah umum di Indonesia. Sedikit saja orang baik ketahuan memiliki cela, maka akan dibombardir oleh pihak-pihak lawan. Dijadikan bahan untuk menjatuhkan kelompok putih. Hal-hal atau kesalahan sepele bisa berakibat fatal, tak terbendung caci-maki dan cela yang dikeluarkannya.

Walaupun tampaknya serang-menyerang keburukan kelompok lawan ini sepertinya sengit, tapi mudah hilang ditelan issu. Pada akhirnya juga hilang-hilang sendiri, dari waktu ke waktu selalu berganti topik dan tidak jelas hasil akhirnya.

Tapi mau tidak mau, model inilah yang sering membuat kelompok putih menghindar dari arena pertempuran, mereka risih atau tidak bisa mengikuti permainan yang ada. Permainan yang tidak pandang bulu, tidak pandang etika. Tidak cocok menurut hati nurani mereka. Biarlah dunia politik atau dunia birokrasi diisi oleh orang-orang hitam, orang-orang brengsek, yang penting tidak ikut-ikutan.  Biarlah aku berjuang diluar sistem. Alasan mereka klise, tidak mau masuk dalam kultur, tidak ingin terkooptasi iklim yang sudah busuk, belum saatnya dan seterusnya. Hanya sedikit yang bisa bertahan dan menjalankan politik secara bersih. Biasanya mereka yang bertahan memiliki kepribadian yang tangguh, tahan banting, dan memang memiliki reputasi yang sangat bagus.

Harus Berani dan Kuat 

Jika yang mengisi lahan birokrasi dan politik mayoritas kelompok hitam, atau orang-orang brengsek, maka kapan kita akan memiliki Indonesia yang lebih baik?

Kelompok putih, atau Anda yang merasa masih memiliki kredibilitas dalam menegakkan kebenaran, harus berani dan kuat. Berani maju ke medan perang, dan kuat menahan gempuran dari kelompok hitam.   Ada sedikit tips agar kita kuat di medan tanpa etika tersebut. Antara lain :

  1. Konsistensi dalam sikap dan perbuatan, dimana saja. Dalam berbicara serius atau bercanda, dalam offline atau online, usahakan sikap dan ucapan kita sama. Karena sekali kita bicara melenceng dari kebiasaan, walaupun dalam candaan, mereka akan mencatatnya.
  2. Tak perlu menghindari debat atau tuduhan, tapi jangan mengikuti cara atau pola mereka.  Seringkali kelompok hitam menggunakan cara-cara tidak beretika, menyerang pribadi, mengumpat atau mengata-ngatai kotor. Tapi kita harus tetap bertahan tidak emosi, tak perlu menyerang balik, dan fokus pada persoalan. Lama-lama pasti capek sendiri.
  3. Akui tuduhan jika memang itu benar, lalu memohon maaf atas kekhilafan tersebut, ini akan semakin membersihkan noda kecil di tubuh kita.  Tak perlu membuat sangkaan-sangkaan, walaupun secara jangka pendek membuat diri kita seolah-olah rendah, tapi secara jangka panjang akan membuat kepercayaan masyarakat tumbuh kepada kita, dan memaafkan kesalahan sedikit tersebut.
  4. Hindari berasumsi, kembalikan semua pendapat pada hukum, agama atau tatanan masyarakat yang berlaku. Ini akan membentuk kita seolah-olah menutup mata akan niat baik atau buruk seseorang.
  5. Tempatkan nurani diatas hukum atau pengetahuan. Seringkali masyarakat atau orang awam tidak memandang dasar hukum, tapi mereka melihat tingkat keperdulian atau hati nurani kita dalam memandang sesuatu. Barulah kita sadarkan (jika memang momennya ada)..
  6. Tak perlu takut dikatakan ‘sok’ atau pandangan sinis ketika kita bicara idealisme. Senjata kelompok hitam selalu mengatakan orang yang berprinsip (yang berkata berdasarkan hukum, agama, dan etika) dengan kata ‘sok’. Sok alim, sok baik, sok jagoan, dan lain-lain. Ketika konsistensi itu kita pegang, prasangka sok tersebut akan lama-lama hilang dengan sendirinya.

Ok. Sedikit tips inilah yang sebenarnya membuat saya pribadi ingin aktif di partai. Sayangnya, kondisi keluarga dan kantor belum bisa ditinggalkan. Semoga teman-teman semua lebih berani dalam mengambil sikap dan maju di tengah-tengah orang brengsek di negeri ini dengan tangan yang mengepal menjunjung tinggi kebenaran.

Catatan : Kelompok Hitam dan Kelompok Putih adalah tataran ide, tidak ada maksud menyudutkan salah satu pihak.

Ini pesan Allah yang berhasil saya kutip :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl (16) : 125)

Salam Perjuangan!

6 Komentar

Tentang Iran versi Dahlan Iskan

Artikel ini dipublikasikan (tentu saja) di Jawa Pos. Saya muat ulang dari sumbernya (pln.co.id) supaya kalau2 artikel lama hilang, disini masih ada copy-annya. Sengaja saya kasih gambar wajah pak Dahlan yang serius, karena kebanyakan pasti tertawa kalau difoto.

Iran adalah negara yang aku kagumi (selain ke-Islamannya juga kemajuannya), sedikit catatan ini akan menambah khasanah  bagaimana sih negara Iran? Apa yang bisa kita pelajari dari sana? Selamat membaca.

 


Baru sekali ini saya ke Iran. Kalau saja PLN tidak mengalami kesulitan mendapatkan  gas dari dalam negeri, barangkali tidak akan ada pikiran untuk melihat kemungkinan mengimpor gas dari negara para mullah ini.

Sudah setahun lebih PLN berjuang untuk mendapatkan gas dari negeri sendiri. Tapi hasilnya malah sebaliknya. Jatah gas PLN justru diturunkan terus menerus. Kalau awal tahun 2010 PLN masih mendapat jatah gas 1.100 mmscfd, saat tulisan ini dibuat justru tinggal 900 mmscfd. Perjuangan untuk mendapatkan tambahan gas yang semula menunjukkan tanda-tanda berhasil, belakangan redup kembali.

Gas memang sulit diraba sehingga tidak bisa terlihat ke mana larinya. Bisa jadi gas itu akan berbelok-belok dulu entah ke mana baru dari sana dijual ke PLN dengan harga yang sudah berbeda. Padahal PLN memerlukan gas sebanyak 1,5 juta mmscfd. Kalau saja PLN bisa mendapatkan gas sebanyak itu penghematannya bisa mencapai Rp 15 triliun setiap tahun. Angka penghematan yang mestinya menggiurkan siapa pun.

Maka saya memutuskan ke Iran. Apalagi upaya mengatasi krisis listrik sudah berhasil dan menuntaskan daftar tunggu yang panjang itu pasti bisa selesai bulan depan. Kini waktunya perjuangan mendapatkan gas ditingkatkan. Termasuk, apa boleh buat, ke negara yang sudah sejak tahun 1980-an diisolasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya itu. Siapa tahu ada harapan untuk menyelesaikan persoalan pokok PLN sekarang ini: efisiensi. Sumber pemborosan terbesar PLN adalah banyaknya pembangkit listrik yang “salah makan”. Sekitar 5.000 MW pembangkit yang seharusnya diberi makan gas, sudah puluhan tahun diberi makan minyak solar yang amat mahal. Salah makan inilah yang membuat perut PLN kembung selama ini. Baca entri selengkapnya »

13 Komentar