Kisah Asiyah, Wanita Mulia Istri Firaun Yang Dijamin Masuk Surga

Sumber : Fimela

Copyright by pinterest.com
Copyright by pinterest.com

Asiyah meruapakan wanita yang dijamin akan masuk surga. Dii adalah satu dari empat wanita yang dijamin masuk surga dan memiliki kedudukan tinggi di mata Allah.

“Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah.” (HR. Hakim dan Muslim).”

Asiyah binti Muzahim merupakan istri raja Fir’aun. Meski sang suami merupakan seorang yang terkenal sangat jahat dan kejam, Asiyah adalah sosok yang sabar, sopan, santun juga penuh kemuliaan. Ia adalah seorang wanita dengan budi pekerti luhur, penyayang dan penuh keteguhan untuk senantiasa berada di jalan yang benar.

Tak hanya cantik budi pekertinya, Asiyah juga merupakan seorang wanita yang begitu cantik parasnya. Kecantikannya inilah yang membuat raja Fir’aun bertekuk lutut padanya. Fir’aun begitu menyayangi Asiyah dan menuruti apa yang diinginkan wanita mulia tersebut termasuk menuruti kemauan Asiyah mengangkat Musa AS sebagai puteranya.

Awal Pernikahan Buat Asiyah Bahagia, Tapi Selanjutnya…
Seperti pengantin baru pada umumnya, awal pernikahan menjadi saat-saat yang membahagiakan. Apalagi, saat itu Asiyah menjadi istri dari seorang raja besar di zamannya. Sayang, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Fir’aun mengaku bahwa selain sebagai raja, ia juga merupakan Tuhan dan meminta semua rakyatnya menyembahnya.

Asiyah adalah wanita cantik jelita lagi mulia yang dijamin masuk surga | Copyright by pinterest.com

Apa yang dikatakan Fir’aun tentu saja membuat Asiyah berat hati. Ia juga dipaksa menyembah suaminya sendiri dan mengakui bahwa sang suami adalah Tuhan. Dengan penuh kesabaran, Asiyah menuruti permintaan suami walau di dalam hatinya ia sangat keberatan, tersiksa dan berontak.

Dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun, Asiyah terus bersabar menghadapi sifat buruk sang suami. Suatu ketika ia bahkan rela berkorban nyawa menghadapi perlakuan sang suami.

Keteguhan Keimanan Asiyah
Asiyah adalah wanita mulia yang memiliki keteguhan hati kuat untuk selalu beriman kepada Allah SWT. Meski sang suami menyiksanya dengan siksaan berat, ia tak pernah mau mengingkari keteguhan hatinya. Asiyah selalu mengamalkan apa yang diajarkan Musa AS dengan baik. Ia juga hanya menyembah Allah SWT.

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya dengan besi sebanyak 4 ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para Malikat menaunginya,” (HR. Abu Ya’la).

Saat Fir’aun mengganjarnya dengan siksaan yang bertubi-tubi atas keimanannya, Asiyah berdoa, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim [66] : 11).

Atas keteguhan keimanannya, Asiyah pun menjadi salah satu wanita mulia yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Ia telah menjadi seorang wanita dengan kedudukan sangat mulia. Ia juga merupakan seorang wanita kuat lagi tegas menentang kezhaliman Fir’aun.

Dalam Kitab Uqudulijain, Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi menceritakan kisah Asiyah yang menjadikan tauhid kepada Allah adalah segalanya. Untuk diketahui, Asiyah binti Muzahim adalah perempuan Bani Israil keturunan para nabi.

Baca Juga:

Ketika Nabi Musa mengalahkan para tukang sihir Fir’aun, keimanan Asiyah semakin mantap. Keimananya kepada Allah sebenarnya sudah lama tertanam di hatinya. Asiyah menolak menyatakan Fir’aun (suaminya) sebagai Tuhan.Dalam Tafsir Muroh Labid disebutkan bahwa benih-benih iman dalam hati Asiyah mulai tampak ketika ingin mengasuh Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai. Saat itu Asiyah memohon kepada suaminya Fir’aun untuk tidak membunuh bayi mungil tersebut. Bahkan ia meminta untuk menjadikannya anak angkat.Asiyah berkata ,“Ia bisa menyenangkan hatiku dan hatimu, maka janganlah kau membunuhnya, karena bayi ini berasal dari negeri lain, bukan Bani Israil. Semoga ia bisa bermanfaat bagi kita”. Fir’aun pun mengabulkannya.
Setelah Nabi Musa tumbuh dewasa dan diangkat sebagai Nabi (utusan Allah), para tukang sihir Firaun berhasil dikalahkannya. Setelah mengetahui kekalahan tukang sihir itu, keimanan Asiyah semakin teguh. Asiyah semakin yakin bahwa ada Dzat yang menciptakan dan mengatur urusan manusia. Bukan Firaun suaminya yang mengaku mampu menghidupkan dan mematikan manusia.

Keimanan Asiyah pun akhirnya diketahui oleh Fir’aun. Setelah mengetahui jelas keimanan istrinya, Fir’aun pun menjatuhkan hukuman dan siksa yang berat. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat. Ia ditelentangkan di atas tanah yang panas, wajahnya dihadapkan ke terik sinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, Malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.

Tak cukup sampai di situ, Fir’aun kembali memerintahkan para algojonya menjatuhkan sebongkah batu besar ke dada Asiyah. Naudzubillah, sungguh siksa yang amat berat dan sangat tidak manusiawi.

Ketika Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya, beliau pun berdoa kepada Allah Swt: ”Robbi Ibnilii ‘Indaka Baitan Fil Jannah. ” Artinya: ”Wahai Allah Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di Surga, (QS At-Tahrim, ayat 11).

Allah Swt pun memperlihatkan sebuah gedung di surga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruhnya keluar menyusul kemudian barulah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya. Beliau tidak merasakan sakit karena jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.

Ulama asal Yaman, Syeikh Habib Abdullah Al-Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW juga memuji Asiyah dan tiga perempuan mulia lainnya. Beliau bersabda: “Sebaik-baik wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, dan Maryam binti ‘Imran.”

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar